Halaman

Jumaat, 18 Februari 2011

KISAH BUANG BAYI

Di pagi hari yang nyaman,dua orang sudah lanjut usianya duduk berehat-rehat. Pak Abu dan Pak Majid namanya. Yang Pak Abu membaca surat khabar manakala Pak Majid hanya duduk termenung jauh sambil hisap rokok daun.

Pak Abu: Majid, engkau tengoklah berita hari ini. Ada orang sanggup jual anaknya.
Pak Majid: Hmmmmm. Jawab Pak Majib macam acuh tak acuh je.
Pak Abu: Kot pun terdesak nak duit janganlah jual anak. Banyak lagi cara nak dapat duit. Kerja kat pam minyak ke, jual kacang putih ke, jual surat khabar ke. Betul tak Majid...?
Pak Majid:Hmmmmmmm... Sambil mengembus asap rokok daunnya keluar melalui hidungnya...
Pak Abu: Kau ni kenapa Majid? Takkan berita ini kau tak ambil peduli ke? Ini melibatkan kemanusiaan tahu. Binatang pun tahu nak jaga anaknya.
Pak Majid: Hmmmm....Nilah aku nak bagitau engkau. Kalaulah aku masa muda-muda dulu..Aku jual je anak-anakku tu..
Pak Abu: Hah??? Engkau biar betul Majid!
Pak Majid: Hoii.. Engkau sedar tak sekarang ni berada di mana? Sedarlah Abu....Kita sekarang di RUMAH ORANG TUA. Kalaulah aku tahu perangai anak-anak aku tu macam nilah, dah lama dah aku jual budak-budak tu...

1 ulasan:

PENGORBANAN ITU INDAH

Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

"Apa kabar daun hijau!!!" katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang.

"Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?" tanya daun hijau.

"Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?" kata ulat kecil.

"Tentu ... tentu ... mendekatlah ke mari."

Daun hijau berpikir, jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan belobang-lobang, tapi tak apalah

Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana sini, namun ia bahagia bisa melakukan bagi ulat kecil yang lapar.

Tidak lama berselang ketika musim panas datang, daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.

Apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih mempunyai "hati" bagi sesamanya.

Yang tidak menutup mata ketika melihat sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah-olah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong.
Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah..

Ketika berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun yang berlobang, namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. Kita akan tetap hijau, Allah akan tetap memberkati dan memelihara kita.

Bagi "daun hijau", berkorban merupakan satu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai daun hijau. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah hidup kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik: kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Dalam banyak hal kita bisa berkorban.

Mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang bisa dilakukan. Jangan lupa bahwa kita pernah menerima pengorbanan yang tiada taranya dari Yesus hingga kita bisa diselamatkan seperti sekarang ini.